Sabtu, 05 Juli 2008

MUSUH MANUSIA NOMOR WAHID

Telinga kita sudah amat akrab dengan sebutan Jin, iblis ataupun syetan. Tetapi tahukan kita dimana letak perbedaannya? Hal ini penting untuk diketahui, karena Allah dalam Al-Qur’an telah jelas-jelas menegaskan bahwa syetan itu adalan musuh yang nyata bagi manusia yang harus senantiasa dijadikan musuh. Kita jelas tidak mungkin dapat sukses mengalahkan syetan bila kita tidak mengetahui keberadaan dan kemampuan musuh kita itu.

Pemahaman mengenai apa dan siapa syetan itu tidak dapat lepas dari makhluk Tuhan yang disebut iblis. Al-Qur’an menjelaskan bahwa iblis itu adalah makhluk Tuhan yang kafir dari golongan jin yang membangkang kepada Tuhan. Ia telah bersumpah akan menyesatkan turunan Adam sampai hari kiamat nanti.

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.”

Iblis menjawab : “Demi kekuasan Engkau, aku akan menyesatkan semuanya.”

Pelaksanaan niat iblis inilah yang disebut dengan syetan. Jadi dengan demikian, syetan itu adalah segala sesuatu yang bersifat menghasut manusia agar membangkang pada aturan main Tuhan. Dan syetan ini dapat berupa bangsa Jin ataupun bangsa manusia.
Syetan dari bangsa manusia mudah sekali dikenali, tetapi tidak demikian halnya dengan dari bangsa Jin/Iblis. Meskipun ada juga manusia yang dapat mengenalinya/melihat syetan dan bangsa jin ini, namun umumnya manusia biasa tidak dapat melihatnya, tetapi dapat merasakan hasutannya.

Kemampuan/kekuasaan syetan terhadap manusia menurut Al-Qur’an adalah hanya sebatas menghasut saja. Syetan tidak punya kemampuan untuk memaksa manusia supaya menuruti apa yang dibisikannya. Ia benar-benar hanya bisa menghimbau saja, selanjutnya terserah manusia itu sendiri apakah mau mengikuti himbauan/bisikannya itu atau menolaknya. Manusia benar-benar mahluk yang merdeka dalama menentukan pilihannya.

Sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar

Dan berkatalah syetan tatkala (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri.
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syetan ketika dia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu.” Maka tatkala manusia itu telah kafir syetan berkata, “sesungguhnya aku takut kepada Allah.”
Dan berkatalah : ”Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Dengan demikian jelaslah kita tidak bisa menimpakan kesalahan kepada syetan bila ada orang yang ngantuk pada waktu mengaji ataupun enggan mengikuti pengajian. Begitu juga kita tidak dapat sewenang-wenang menuduh syetanlah yang sepenuhnya bertanggung jawab bila ada seorang anak membunuh orang tuanya. Hal ini disebabkan karena memang kemampuan syetan itu sebatas menghimbau saja, yaitu agar manusia membangkang pada aturan main yang telah ditetapkan Tuhan. Adapun soal himbauan itu diturut atau tidak. Serahkan sepenuhnya pada kemauan manusia sendiri.

Bila kita menyadari benar apa yang dilakukan syetan kepada kita, serta bagaimana cara-caranya dalam menyesatkan manusia. Maka kita selalu memasang kuda-kuda mengantisipasi serangannya. Dan dengan keyakinan yang kuat bahwa bisikan syetan itu memang ada dalam jiwa (bukan hanya dogma belaka), maka Insya Allah kita akan mampu menepis bisikan tersebut. Ingatlah kisah nabi Yusuf yang digoda oleh istri pembesar Mesir (Zulaikha): “ Wahai Tuhanku penjara lebih aku sukai daripada mematuhi ajakan mereka kepadaku.”
Tentunya sikap yang ditunjukan oleh nabi Yusuf itu bukan lantaran ia tidak berminat dengan kecantikan yang dimiliki Zulaikha. Tetapi penolakan itu karena nabi Yusuf sadar benar adanya himbauan dari syetan agar ia melanggar aturan main-Nya

Disamping menghasut jiwa manusia, syetan (iblis) juga meyesatkan manusia lewat perbuatan syirik. Inilah sebenarnya perbuatan yang paling digemari syetan (iblis). Karena ia tahu, inilah satu-satunya perbuatan dosa yang dilakukan anak Adam yang tidak akan diampuni oleh Allah
Mungkin salah satu kiat untuk menghadapi syetan, baik dari bangsa jin maupun dari bangsa manusia, adalah dengan menyadari dan menerapkan hukum universal yang sangat sederhana itu: “Bila kita berpihak pada syetan, yaitu dengan melakukan himbuannya, maka pada saat itu yang kita korbankan adalah Allah (karena pada waktu itu segala perintah-Nya kita cuekin). Sebaliknya bila kita berpihak pada Tuhan, maka syetanlah korbannya (karena bisikannya tidak kita laksanakan). Tampaknya persoalan kini sederhana: siapa yang akan kita korbankan, Tuhan atau syetan?

Hai manusia, sesungguhnnya janji Allah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan tentang Allah.

Tidak ada komentar: